Jumat, 10 Februari 2012

Blackberry Makin Terpuruk di Tahun 2012

Indonesia adalah pasaran yang sangat empuk bagi produsen ponsel BlackBerry asal Kanada, RIM. RIM sebenarnya bisa lebih beruntung dengan mendirikan pabrik disini karena konsumen bb masih meledak-ledak, tapi apa mau dikata, mereka justru mencampakkan peluang itu begitu saja dengan tidak mau mendirikan pabriknya disini dan malam membangun pabriknya di Malaysia, sungguh ironis menginggat pengguna BlackBerry di Asia Tenggara, bahkan di kawasan Asia ini adalah di sini, di Indonesia tercinta!!

Jika diperhatikan, pasar BlackBerry terus merosot tajam di Amerika Serikat. Angka terbaru menunjukkan skala pasar RIM harus diperbaiki jika tidak ingin diambil-alih oleh perusahaan lain pada 2012 Berdasarkan survey yang diperoleh ComScore, dalam tiga bulan sampai akhir November, pasar BlackBerry merosot lebih dari 3 %, dari 19.7 % menjadi 16.6 %. Seperti berita yang dilansir di The DailyTelegraph, banyak pemain utama dalam pasar smartphone yang telah menawarkan opsi untuk mengambil perusahaan Kanada ini. Microsoft dan Nokia telah melakukan pembicaraan dengan RIM soal pengambilalihan. Amazon pun digadang-gadang pihak yang paling "ngotot" untuk mengambil-alih RIM. Dengan mengambil RIM, Amazon diperkirakan siap masuk ke pasar smartphone dengan smartphone perdananya, untuk menyusul kesuksesan tablet Kindle Fire.

Eksekutif RIM, telah menolak tawaran penjualan, meskipun sahamnya menurun sebesar 75 % dalam harga saham perusahaan di 2011. Terkecuali RIM dapat membalikkan kekayaan BlackBerry, analis mengatakan perbincangan pengambilalihan sangat intensif mengancam RIM Dengan cerdas, Android memanfaatkan keterpurukan BlackBerry dengan menambah pasarnya lebih dari 4 %, hingga mencapai 46.9 % dari pasar smartphone Amerika.

Pengguna mobile Android kebanyakan beralih dari Blackberry, sementara Microsoft dan Symbian kehilangan sekitar 1% dari total pasar mobile di AS. Apple juga memanfaatkan keterpurukan RIM dengan penjualan iPhone yang mencapai 28.7 % di Amerika Serikat, naik dari 27.3 % pada tiga bulan sebelum November.